Setelah itu sobat masukkan kode ini di bagian konten widget:
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tata Cara Pemakaman Orang Jepang

PEMAKAMAN ORANG JEPANG - Pemakaman adalah sebuah ritual sakral yang harus diikuti dengan penuh kesedihan, mengantar seseorang yang penting dalam hidup ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Seperihalnya budaya dari negara lain, di Jepang upacara pemakaman juga merupakan hal yang sangat penting. Pada umumnya upacara pemakaman di Jepang dilaksanakan dengan cara agama Budha yaitu dimana jenazah akan dikremasi.

 
Pemakaman yang dilakukan oleh orang Jepang memiliki dua cara yaitu;

Otusya adalah upacara di mana keluarga, kerabat dan teman-teman almarhum berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan mempersembahkan dupa. Biksu Buddha akan membacakan kitab sutra dan mempersembahkan dupa di hadapan jenazah almarhum.

Sedangakan Ososhiki adalah upacara pemakaman yang terbagi menjadi beberapa upacara. Rangkaian upacara ini dimulai satu hari setelah Otsuya dengan upacara Sougi, di mana isi upacara ini mirip dengan Otsuya. Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan Kokubetsushiki, di mana kenalan pihak yang ditunggalkan memberikan penghormatan terakhir pada almarhum. Upacara terakhir adalah upacara kremasi. Upacara ini hanya dilakukan oleh keluarga almarhum.

Menghadiri upacara pemakaman dengan adat Jepang juga harus memperhatikan kostum. Tidak sebarang kostum dapat dikenakan ketika menghadiri upacara pemakaman. Kostum yang bagaimana yang wajib dipakai pada pemakaman alat ada Jepang. Untuk Pria diwajibkan memakai kemeja putih dan jas berwarna hitam, dasi hitam tanpa pin. Sepatu, sabuk, dan kaus kaki yang dikenakan juga harus berwarna hitam.

Untuk wanita harus menggunakan Kimono atau Dress formal berwarna hitam. Sama seperti kaum pria tas, sepatu dan hal lainnya yang dikenakan wanita juga harus berwarna hitam. Hindari barang yang menggilap, tidak boleh mengenakan aksesoris kecuali cincin kawin dan seuntai kalung.

Kemudian apa saja yang akan dilakuakan pada upacara tersebut? berikut beberapa kebiasaan yang dilakuakn oran Jepang dalam upacara pemakaman:

1. Persembahan dupa


Memiliki beberapa tahapan dalam melakukan kegiatan ini:
  • Maju ke depan altar dan membungkuklah pada kerabat almarhum.
  • Maju ke hadapan altar dan membungkuklah dalam-dalam.
  • Majulah selangkah ke depan untuk mempesembahkan dupa.
  • Setelah selesai, pertemukan kedua tangan anda ke posisi berdoa, tundukkan kepala kalian dikit.
  • Mundurlah satu langkah ke belakang dan membungkuk dalam-dalam sebelum kembali ke tempat duduk kalian.

2. Okoden/ uang duka
Okoden merupakan uang duka yang diberikan pelayat kepada kelaurga almarhum bertujuan untuk meringankan beban biaya yang ditangung keluarga almarhum. Beberpa hal yang harus diperhatikan adalah:
  • Jangan gunakan uang baru untuk uang duka.
  • Jumlah uang yang harus diberikan bervariasi tergantung kedekatan dengan almarhum. 5000-10.000 yen adalah jumlah yang umum untuk teman/kolega.Hindarilah angka 4 dan 9 pada pemakaman, karena 4 dalam bahasa Jepang dibaca “shi”yang bunyinya sama dengan mati, dan 9 dapat dibaca “ku”, yang bisa merujuk ke “kurushii” atau menderita.
  • Gunakanlah amplop dengan pita hitam dan putih khusus untuk Okoden.

Kemudian apa yang dilakukan pada Jenazah? Pemakaman akan dilakukan keesokan harinya setelah jenaah di semayamkan. Upacara pemakaman tidak terlalu berbeda jauh dengan upacara semayam, hanya saja di sini pendeta Budha menyanyikan kitab sutra. Setelah itu almarhum akan diberikan nama Budha baru yang disebut dengan kaimyo. Huruf kanji pada kaimyo yang diambil dari huruf tua yang sudah jarang digunakan sehingga hanya sedikit orang Jepang yang bisa membacanya. Pemberian tersebut bertujuan untuk mencegah arwah almarhum kembali ke jenazah saat namanya dipanggil. Panjangnya nama yang diberikan pada almarhum tergantung besarnya jumlah sumbangan uang yang diberikan kelurga almarhum pada kuil Budha. Setelah upacara berakhir, para tamu dipersilahkan meletakkan bunga ke dalam peti mati sebelum disegel menggunakan paku dan dibawa kereta jenazah menuju krematorium atau kuburan.

Kemudian pada kegiatan kremasi peti yang berisi jenazah pertama-tama diletakkan di atas penampang untuk didorong masuk kedalam ruang kremasi. Kejadian tersebut disaksikan para anggota keluarga almarhum. Proses kremasi berjanlan sekitar 2 jam, setelah itu pihak keluraga memisahkan bagian abu dan tulang almarhum. Bagian tulang diambil oleh 2 orang keluarga menggunakan sumpit secara bersamaan atau dioper dari dari sumpit ke sumpit dan dimasukkan ke dalam guci atau kendi kecil. Tulang tersebut harus diletakkan mulai dari bahian tulang kaki sampai tulang tengkorak. Kadang-kadang ada juga yang membagi menjadi dua abu jenazahnya ke dalam 2 kendi. Tujuannya agar abunya dapat disimpan di beberapa tempat.

Di Jepang kuburan keluarga [haka] umumnya terdiri dari monumen batu nisan dengan ruang kecil tempat menyimpan bunga dan dupa. Di depan batu nisan terdapat tempat air dan sebuah ruang bawah tanah untuk menyimpan abu. Nama almarhum diukir di depan atau sebelah kiri monumen nisan, sedangkan di sebelahnya diukir tanggal digalinya kuburan dan orang yang membeli kuburan tersebut. Kadang-kadang nama suami atau istri almarhum yang masih hidup juga diukir pada batu nisan, namun dengan tinta berwarna merah yang akan dihapus setelah yang bersangkutan meninggal dan dikubur di tempat yang sama. Hal ini dimaksudkan agar biaya penguburan lebih murah, selain itu memberi kesan kalau sang pasangan hidup sudah siap untuk mengikuti almarhum. Selain di batu nisan, nama almarhum sering juga ditulis di sotoba, sebuah papan kayu yang ditanamkan didepan atau belakang kuburan. Beberapa kuburan juga memiliki tempat kartu nama yang bisa digunakan rekan almarhum sebagai tanda kalau yang bersangkutan telah mengunjungi kuburan itu

Semua agama dan bangsa memiliki tatacara tersendiri dalam upacara pemakaman. menyediakan persinggahan terakhir bagi orang-orang tercinta dalam hidup kita adalah hal yang wajib dilakukan dengan penuh keseriusan. Siapapun itu pasti ingin memberikan tempat persinggahan terakhir yang indah dan nyaman bagi sosok yang meninggal. Jika, dilihat upacara yang dilakukan orang Jepang memiliki sedikit kesamaan dengan beberapa agama lainnya. Hal ittu menunjukkan betapa pentingnya agama/ suatu keyakinan dalam hidup seorang manusia. Ketika tidak memiliki agama maka kita tidak memiliki atauran dan pegangan yang dapat kita ikuti dalam hidup ini.

Kematian merupakan perpisahan abadi bagi orang-orang yang masih hidup di dunia dengan orang-orang yang suah meninggal. Namun, perpisahan itu hanyalah sebatas hidup dan mati, hubungan akan tetap dapat terjalin dengan doa.
Advertisement